Hobi Terpendam

Assalamu'alaikum.

Gara-gara baca salah satu tulisannya Lia si Peri Kecil nan Menggemaskan, aku jadi teringat lagi akan postcard. Aku ingat banget, dulu aku beberapa kali mendapatkan postcard hasil bonus pembelian majalah Bobo. Tapi sayangnya saat itu postcard nya hanya aku simpan secara sembarangan dan kemudian hilang.🥺

Yang terbaru, aku mendapatkan postcard lagi dari bukunya Mbah Tejo (Sujiwo Tejo), Rahvayana 2: Ada Yang Tiada. Tapi lagi-lagi, postcard itu hilang 🙈. Kayaknya ketinggalan pas aku pindahan dari Mojokerto ke Sidoarjo sekitar dua tahun yang lalu.

Mungkin memang penyakitku ini gak bisa jaga barang dengan baik, jadi gampang banget barang hilang kalau aku yang simpan 😂. Walaupun begitu, Alhamdulillah nya aku kalau simpan duit selalu hati-hati. Soalnya aku.. medit.😅

Tapi percayalah, rek. Sebenarnya aku gak ingin sekedar menyimpan postcard hanya untuk kemudian aku hilangkan. Pengennya sih postcard itu ya aku fungsikan sebagaimana fungsi postcard pada umumnya. Apa daya, dulu teman-temanku hanya teman sekolah dan anak tetangga yang bahkan hampir setiap hari bisa aku temui secara langsung. Jadi saat itu kendalaku adalah bingung mau mengirimkan postcard itu ke siapa 😔. Eh lha dalah setelah dewasa dan merantau ke kabupaten tetangga, mau kirim postcard ke rumah sendiri di Kediri kok postcard nya hilang duluan. Heuheuheu. 🤭

Lalu beberapa waktu yang lalu aku membaca postingan Lia yang tentang postcard itu. Di sana Lia mengungkapkan ingin mengadakan postcrossing. Aku jadi antusias banget dong. Pokoknya aku harus ikutan! Mungkin inilah saatnya aku bisa merasakan sensasi berkirim postcard yang sudah lama aku idamkan, tapi seumur hidup belum keturutan. 🤩

Untuk ikutan acara itu, aku siap-siap berburu postcard. Tentunya aku berburunya secara daring, bukan luring 😅. Males kehujanan soalnya, kebetulan hampir tiap hari di sini hujan. Dan lagi sekarang aku sedang di rumah mertua yang posisinya jauh sekali dari toko buku dan kantor pos..

Kemudian tiba-tiba aku kepikiran: sepertinya kalau postcard itu aku beli dari toko akan kurang terasa istimewa karena pasti yang kembar banyak. Apalagi aku gak pandai berkata-kata dan tulisan tanganku gak bagus-bagus amat. Pokoknya aku pengennya postcard itu yang beneran bisa berkesan di hati yang menerima gitu lho, rek. Jadi aku memutuskan untuk membuat sendiri postcard nya. 

Aku buka-buka galeri hapeku dan hapenya suami ternyata ada beberapa foto yang lumayan bagus buat dicetak jadi postcard. Iya, aku biasa foto-foto menggunakan hape sendiri dan kadang-kadang pakai hapenya suami kalau memori hapeku sedang penuh. Hehe. Hape kentang mah biasa, memorinya cepet banget penuhnya (mau beli baru tapi kok sayang duitnya) 😅. Setelah aku memilih fotonya, tinggal edit-edit sedikit, lalu cetak deh.

Dan baru setelah itu aku menyadari kalau ternyata aku menikmati sekali aktivitas berfoto. Aku menikmati saat-saat pengambilan fotonya dan menikmati pula saat-saat pengeditannya. Hasil fotoku memang jauh banget kalau dibandingkan dengan hasil dari fotografer profesional. Tapi gakpapa, aku tetap suka karena aku menikmati prosesnya 😊.

Itulah kenapa aku ingin mengucapkan terima kasih banyak sama Lia dan Mas Rivai. Mereka berdua mungkin cuma iseng punya ide postcrossing. Tapi dengan idenya itu aku bisa mendapatkan dua hal: bisa merasakan sensasi berkirim postcard yang aku ingin rasakan sejak masih SD dan bisa menyadari tentang hobiku yang selama ini terpendam. Thank you so much ya, Lia dan Mas Rivai. 🥰

Ngomong-ngomong postcard hasil karyaku ini kalau dibilang istimewa, nyatanya gak istimewa-istimewa banget. Soalnya tetep ada foto yang kembar, maklum hapeku yang sebelumnya hilang. Jadi foto yang layak cetak juga dikit 😭. Mohon maaf ya, mentemen 🥺. Andai tiap postcard fotonya beda-beda pasti bakal lebih terasa eksklusif. Tapi walaupun begitu aku harap kalian semua tetap suka pas dapat postcard nya, ya. 😊

—

Kalau mentemen hobinya apa, nih? 🤭

Wassalamu'alaikum.